Tuesday, January 19, 2016

Ini Nih Objek Wisata Baru Andalan Sulawesi Tenggara (Kawasan Kendari dan Sekitarnya)



Sulawesi Tenggara merupakan salah satu daerah tujuan wisata baik domestik maupun internasional. Dengan Wakatobi sebagai destinasi andalan, Sulawesi Tenggara berhasil menarik perhatian dunia dengan keindahan surga bawah laut Taman Nasional Wakatobi.
Seiring berjalannya waktu, kini Sulawesi Tenggara telah mencanangkan destinasi Objek Daerah Tujuan Wisata (ODTW) baru guna mendorong peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke daerahnya.

ODTW tersebut adalah Kawasan Wisata Kendari dan Sekitarnya (Kendari dsk red). Kawasan Kendari DSK tersebut meliputi Kota Kendari, Gugusan Pulau Cempedak, Gugusan Pulau di Teluk Staring, serta Gugusan Pulau Labengki. Masing-masing gugusan memiliki kekhasan dan keunikan tersendiri.

Kota Kendari mengandalkan Tracking Mangrove yang terletak di Pulau Bungkutoko sebagai daya tarik baru bagi wisatawan. Selain itu pesona  segitiga P. Bokori, P. Hari dan P. Saponda juga menjadi jualan utama Ibu Kota Sulawesi Tenggara ini dalam menarik minat wisatawan untuk datang berkunjung.
Tracking Mangrove Pulau Bungkutoko
Pulau Bokori
Pulau Hari

Gugusan Teluk Staring menonjolkan kekayaan ekosistem (terumbu karang, ikan karang, padang lamun, hutan mangrove) serta pulau-pulau dengan hamparan pasir putih nan memukau menjadi daya tarik unggulan kawasan ini.

 
 
Pesona Bawah Laut dan Pantai Teluk Staring


Gugusan P. Cempedak mengandalkan potensi wisata minat khusus (niche product) serta hamparan pasir putih nan memukau hati pengunjung.
 
Pesona Pulau Cempedak


Gugusan Pulau Labengki yang terkenal sebagai miniatur “Raja Ampat” ini mengandalkan pesona keindahan alam dan bawah laut yang menyimpan spesies endemik berupa Kima Raksasa sebagai daya tarik utamanya
Gugusan Pulau Labengki Miniatur "Raja Ampat"

Tuesday, December 22, 2015

Kopi, Si Hitam Nan Berkilau



Kopi berasal dari bahasa Latin, coffea, yang merupakan anggota keluarga Rubiaceae tetapi hingga saat ini masih banyak pertentangan diantara para ahli mengenai pengklasifikasian tanaman ini karena banyaknya ragam dari tanaman kopi. Kopi pertama kali ditemukan oleh ahli Botani dari Swedia, Carolus Linnaeus, pada abad ke tujuh belas dan akhirnya tersebar hingga ke seluruh dunia dan menjadi salah satu minuman favorit sepanjang zaman. Bangsa Arab adalah yang pertama kali menjadikan kopi sebagai minuman mereka. Oleh karena itu kopi pernah dikenal oleh bangsa Eropa sebagai Anggur Arab.

Kopi ditanam hampir di setiap negara tropis. Amerika Selatan dan Amerika Tengah merupakan penghasil kopi terbesar. Di bagian bumi sebelah barat, produksi kopi menguasai 2/3 produksi dunia dengan Brazil menghasilkan hampir 31 persen. Colombia, Mexico, Costa Rica, Ekuador dan Venezuela merupakan penghasil kopi di belahan bumi sebelah Barat sedangkan di belahan bumi timur, penghasil kopi adalah India, Indonesia, Vietnam, Angola, Belgia, Kongo, Ethiopia, Afrika Barat, Perancis, Kenya, Madagaskar, Rwanda, Burundi, Tanganyika dan Uganda.

Ada sekitar 25 jenis kopi, tetapi hanya dua jenis kopi yang terkenal hingga saat ini, yaitu kopi Arabika dan kopi Canephora atau Robusta. Jenis Arabika mendominasi 70 persen produksi kopi dari seluruh dunia. Kopi Arabika juga sering disebut sebagai kopi Brazil, tempat asalnya sedangkan kopi Robusta banyak dihasilkan dari daerah Afrika Barat dan Tengah, Asia Tenggara, dan sebagian besar wilayah Amerika Selatan. Di Brazil, kopi robusta dikenal sebagai Conillon.
Sekitar awal 2010-an, ada jenis kopi baru tapi lama yang makin mendunia karena rasanya yang elegan. KOPI LUWAK, kopi asli Indonesia adalah kopi lama tapi baru yang merajai seluruh kopi di dunia. Rasanya yang unik dan nikmat menjadikannya sebagai kopi dengan harga jual termahal di seluruh dunia, mengalahkan kopi dari Amerika Latin dan Eropa. Keunikan rasanya sebagai hasil dari proses yang unik pula. Sungguh prestasi yang luar biasa.

Kopi merupakan salah satu dari bahan minuman yang tidak mengandung alkohol dan disenangi oleh banyak orang. Ditinjau dari segi medis, kopi bermanfaat untuk merangsang pernapasan, kegiatan perut dan ginjal, membantu asimilasi dan pencernaan makanan, menurunkan sirkulasi darah di otak, menenangkan perasaan mental yang berkepanjangan, badan yang letih dan melapangkan dada, sebagai obat penolong diare, pencegah muntah sesudah operasi.

Curah hujan minimal untuk pertumbuhan kopi adalah 1000-2000 mm/tahun. Menurut lintang tempat, tanaman kopi dapat tumbuh baik pada daerah yang terletak di antara 20oLU dan 20oLS. Tanaman kopi menghendaki sinar matahari yang teratur. Suhu sangat berkaitan erat dengan ketinggian tempat. Suhu di atas permukaan air laut berkisar 26°C dan akan turun 0,6°C tiap kenaikan 100 m3.

Tanaman kopi menghendaki tanah yang agak masam, yaitu antara pH 4,5-4,6 untuk kopi Robusta dan 5,0-6,5 untuk Arabika. Tanah yang lebih asam dapat dinetralisir dengan pupuk. Tanaman kopi juga menghendaki kedalaman air tanah sekurang-kurangnya 3 m dari permukaan tanah. Tanah harus mempunyai drainase dan kemampuan mengikat air yang baik. Lahan pegunungan yang digunakan untuk budidaya kopi pada umumnya merupakan lahan miring dengan topografi berombak sampai bergunung. Kopi Robusta biasanya diusahakan di dataran rendah (700 m dpl), sedangkan kopi Arabika di dataran tinggi (1000 dpl).

Tanaman kopi termasuk tanaman hari pendek (short day plant), yaitu tanaman yang membentuk bakal bunga dalam periode hari pendek. Yang dimaksud dengan hari pendek adalah siang hari yang panjangnya kurang dari 12 jam. Di sebelah selatan garis katulistiwa, hari pendek berlangsung antara tanggal 21 Maret hingga tanggal 23 September sedangkan di sebelah utara katulistiwa antara tanggal 23 September hingga tanggal 23 Maret adalah tahun berikutnya. Sebagian besar tanaman kopi di Indonesia terletak di sebelah selatan katulistiwa, seperti di Sumatera bagian Selatan, Jawa, Sulawesi bagian Selatan, Bali, dan Nusa Tenggara.

Wednesday, April 8, 2015

Kesamaan Relung (Niche Overlap) Pakan Pada Kelelawar

Kelelawar dari jenis (species) berbeda dapat memanfaatkan gua yang sama sebagai sarang. Hal ini dibuktikan oleh: penelitian Dunn (1978) yang mendapatkan jenis Hipposideros armiger, H. cineraceus, Rhinolophus affinis dan R. malayanus di Gua Anak Takun Malaysia; penelitian Zukal et al. (2005) yang mendapatkan jenis Myotis myotis dan Rhinolophus hipposideros di Gua Katerinska Czechoslovakia; dan penelitian Apriandi et al. (2008) yang mendapatkan jenis Miniopterus australis, Myotis adversus dan Rhinolophus affinis di Gua Gudawang Bogor. Menurut Kunz (1982) dan Willis & Brigmann (2004) sarang yang dipilih kelelawar memiliki akses yang mudah pada sumber pakan. Oleh karena itu, apabila jenis-jenis kelelawar yang bersarang dalam satu gua tersebut bergantung pada sumber pakan yang sama, akan terjadi kompetisi, terutama bila ketersediaan sumber pakan terbatas. Sebaliknya, bila sumber pakan berbeda, kompetisi tidak terjadi.

Penggunaan relung yang sama (niche overlap) menyebabkan interaksi kompetitif, yaitu tiap populasi yang berkompetisi memberikan pengaruh yang merugikan bagi pesaingnya (kompetitor) (Cox 2002). Menurut Reynold & Ludwig (1984) nilai niche overlap berkisar antara nol (0) sampai dengan satu (1). Apabila nilai niche overlap pakan mendekati satu berarti kedua jenis hewan tersebut memiliki pakan yang sama dan berpotensi untuk berkompetisi.

Kelelawar anggota subordo Megachiroptera adalah pemakan buah (frugivora) ataupun serbuk sari (polinator), sedangkan anggota subordo Microchiroptera kebanyakan pemakan serangga (insektivora) (M’Boy 2014). Menurut Altringham (1996), berdasarkan strategi pencarian makannya, kelelawar dibedakan menjadi tipe spesialis (selektif) dan opportunis (generalis). Kelelawar tipe spesialis hanya memakan jenis tertentu. Tipe ini bisa menghabiskan banyak waktu dan energi dalam pencarian makan, tetapi makanan yang didapatkan memiliki profit (nilai gizi) tinggi. Tipe opportunis menghabiskan lebih sedikit waktu dan energi dalam pencarian makannya, tetapi makanan yang didapatkan mungkin lebih sedikit nilai gizinya dibandingkan kelelawar tipe spesialis.

Beberapa Megachiroptera, misalnya Rousettus amplexicaudatus (Pteropodidae: Makrochiroptera) adalah pemakan buah tipe oportunis, sedangkan Macroglosus sabrinus (Pteropodidae: Makrochiroptera) adalah tipe spesialis. Menurut Nowak (1994) R. amplexicaudatus memakan jambu biji (Psidium guajava), pisang (Musa paradisiaca); sawo (Manilkara kauki), dan buah masak lainnya. Sedangkan Macroglosus sabrinus terspesialisasi untuk memakan nectar bunga durian (Durio zibethinus) dan bunga petai (Parkis speciosa) (Nowak 1994). Microchiroptera adalah pemakan serangga dengan tipe spesialis ataupun oportunis. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian Razakarivony et al. (2005) yang meneliti makanan kelelawar jenis Myzopoda aurita (Myzopodidae: Microchiroptera) di Madagaskar. Pada saat ngengat (Lepidoptera) melimpah, presentase ngengat dalam feses juga meningkat. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kelelawar ini memanfaatkan kesempatan (oportunis) dalam memilih jenis makanannya.