Wednesday, July 23, 2014

Fungsi Ekowisata Bahari

Secara ekonomi kegiatan wisata bahari memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sektor pariwisata menurut beberapa perkiraan telah menjadi kegiatan usaha terbesar di dunia. Lebih lanjut dikatakan bahwa ekowisata menyumbangkan peran ekonomi secara mikro maupun makro. Secara mikro kegiatan ekowisata menghasilkan kajian produk-produk wisata, kemasan, kualitas dan kuantitas, pelaku dan harga. Sedangkan pada sisi makro, sektor ekowisata membahas tentang share ekonomi, pendapatan dan tenaga kerja, maupun keterkaitan ekonomi.

Disisi lain kegiatan ekowisata juga memberikan kontribusi terhadap kelestarian sumberdaya dan lingkungan. Konsep ekowisata juga dapat melindungi keanekaragaman hayati dan fungsi ekosistem, dan juga mendukung upaya konservasi keanekaragaman hayati (Bookbinder et al. 1998; Gossling et al. 1999; Dinerstein et al. 1998). Ekowisata bahari merupakan konsep wisata bahari yang ramah lingkungan, atau kegiatan wisata yang berorientasi pada kelestarian lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alam dan industri kepariwisataan). Allcock et al. (1993) mendefinisikan ekowisata sebagai salah satu kegiatan wisata yang berbasis sumberdaya alam termasuk di dalamnya pendidikan dan pengelolaan berkelanjutan.

Kegiatan ekowisata menghargai potensi sumberdaya lokal dan mencegah terjadinya perubahan kepemilikan lahan, tatanan sosial dan budaya masyarakat karena masyarakat berperan sebagai pelaku dan penerima manfaat utama, disamping itu ekowisata juga mendukung upaya pengembangan ekonomi yang berkelanjutan karena memberikan kesempatan kerja dan menjadi salah satu sumber penghasilan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya.

Ditinjau dari aspek konservasi, ekowisata bahari merupakan bagian dari kegiatan untuk melestarikan sumberdaya pesisir dan laut, karena pengembangan ekowisata didasarkan pada kerusakan ekosistem atau sumberdaya akibat kegiatan wisata atau kegiatan lain yang memberikan dampak negatif. Dengan mengkonservasi ekosistem yang rusak, maka akan mengembalikan fungsi ekosistem tersebut sebagai sistem penyangga kehidupan dan akan menghasilkan keuntungan ekonomi secara langsung dalam bentuk pemasukan dari pariwisata dan perikanan yang lebih produktif.

Ekowisata bahari merupakan salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut yang memperhatikan aspek keseimbangan antara pemanfaatan dan kelestarian sumberdaya yang menjadi obyek kegiatan wisata. Kegiatan wisata bahari dapat menimbulkan turunnya kualitas sumberdaya sehingga diperlukan upaya pengelolaan secara berkelanjutan. Ekowisata bahari merupakan fungsi dari pengembangan kegiatan wisata yang menjaga keseimbangan pemanfaatan dan kelestarian sumberdaya pesisir dan laut tetap terjaga.

Monday, July 21, 2014

Konsep Ekowisata Bahari

Wisata bahari merupakan kegiatan wisata yang mengandalkan daya tarik alami lingkungan pesisir dan lautan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kegiatan wisata bahari secara langsung berupa kegiatan diving, snorkling, berenang, berperahu dan lain sebagainya. Sedangkan wisata bahari secara tidak langsung seperti kegiatan olah raga pantai dan piknik menikmati atmosfir laut (Nurisyah 1998). Kegiatan wisata bahari pada dasarnya dilakukan berdasarkan keunikan alam, karakteristik ekosistem, kekhasan seni budaya dan karakteristik masyarakat sebagai kekuatan dasar yang dimiliki oleh masing-masing daerah.

Dewasa ini pengembangan wisata bahari diarahkan pada kegiatan wisata yang berwawasan kelestarian sumberdaya dan lingkungan atau lebih dikenal dengan istilah ekowisata bahari (marine ecotourism). Ekowisata bahari merupakan konsep pemanfaatan daya tarik (estetika) sumberdaya hayati pesisir dan pulau-pulau kecil yang berwawasan lingkungan. Menurut The International Ecotourism Society atau TIES (1991) ekowisata adalah perjalanan wisata ke wilayah-wilayah alami dalam rangka mengkonservasi atau menyelamatkan lingkungan dan memberi penghidupan penduduk lokal. Berdasarkan definisi tersebut, mengindikasikan bahwa kegiatan ekowisata bahari dilakukan dengan memenuhi kaidah-kaidah pelestarian lingkungan.

Konsep ekowisata menghargai potensi sumberdaya lokal dan mencegah terjadinya perubahan kepemilikan lahan, tatanan sosial dan budaya masyarakat karena masyarakat berperan sebagai pelaku dan penerima manfaat utama, disamping itu ekowisata juga mendukung upaya pengembangan ekonomi yang berkelanjutan karena memberikan kesempatan kerja dan menjadi salah satu sumber penghasilan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya. Ekowisata merupakan perjalanan wisata ke wilayah-wilayah yang lingkungan alamnya masih asli, dengan menghargai warisan budaya dan alamnya, mendukung upaya-upaya konservasi, tidak menghasilkan dampak negatif, dan memberikan keuntungan sosial ekonomi serta menghargai partisipasi penduduk lokal (Western 1995).

Saat ini timbul kekhawatiran baru ketika istilah ekowisata digunakan hanya sebagai label dalam memasarkan produk wisata yang berbasis alam untuk memanfaatkan peluang emas dan kecenderungan pasar yang ada. Dalam hal ini tidak saja terjadi kesalahpahaman tentang istilah ekowisata, tetapi lebih dalam lagi telah terjadi "pemanfaatan" istilah tersebut. Istilah ekowisata bahari berbeda dengan istilah wisata bahari. Wisata bahari dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata, misalnya wisata selam (diving), wisata snorkling, wisata pantai, wisata mancing, dan beberapa kegiatan lain yang berhubungan dengan pemanfaatan sumberdaya kelautan. Diantara jenis kegiatan wisata tersebut, kegiatan diving merupakan salah satu olah raga yang mengalami pertumbuhan yang cepat (Dignam 1990).

Ekowisata mempunyai dua pengertian, yakni sebagai perilaku dan industri. Sebagai perilaku, pengertian ekowisata dapat diartikan sebagai kunjungan ke daerah-daerah yang masih bersifat alami dimana kegiatan wisata bahari yang dilakukan mengahargai potensi sumberdaya dan budaya masyarakat lokal. Pengertian ini menumbuhkan istilah ekowisata yang sering kita dengar yaitu wisata alam. Pengertian ekowisata sebagai suatu industri telah mengembangkan pemahaman bahwa kegiatan wisata di wilayah yang masih alami harus dilakukan dengan membangun kerjasama antara seluruh pelakunya, pemerintah, swasta dan masyarakat dan manfaat yang diperoleh selayaknya kembali tidak hanya kepada para pelakunya namun terutama kepada usaha-usaha untuk melestarikan wilayah tersebut dan mensejahterakan masyarakatnya (Fandeli dan Mukhlison 2000).

Monday, July 14, 2014

Adu Kuda, Atraksi Unik Budaya Khas Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara



Adu kuda atau perkelahian kuda merupakan salah satu atraksi budaya warisan para Raja-raja Muna yang sudah turun-temurun dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Tradisi adu kuda ini hanya satu-satunya yang ada di Indonesia. Atraksi adu kuda yang dalam bahasa Muna disebut “Kapogiraha Adhara” ini awalnya dilaksanakan dalam rangka menyambut dan menghormati tamu-tamu Kerajaan Muna. Saat ini budaya adu kuda ini hanya ditampilkan saat menjelang perayaan HUT Kemerdekaan RI serta saat Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha ataupun hajatan lainnya.





Jika Kalian ingin menyaksikan langsung atraksi budaya adu kuda ini, Kalian dapat langsung berkunjung ke Kabupaten Muna (Pulau Muna), Sulawesi Tenggara. Tepatnya di tanah lapang Wakantei, Desa Latugho, Kecamatan Lawa. Di Lawa, tradisi adu kuda rutin dilakukan hampir disetiap bulan sebagai bagian dari hiburan rakyat, sekaligus sebagai salah daya tarik wisata bagi wisatawan lokal maupun asing untuk berkunjung ke Pulau Muna. Jarak dari Kota Raha (Ibu Kota Kab. Muna) ke Kec. Lawa berkisar 20 km, dan dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat.

Dalam adu kuda, yang diadu adalah dua ekor kuda jantan dewasa yang memiliki ukuran besar yang sama. Selain itu kuda aduan juga harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu. Sebelum diikutkan dalam pentas, kuda harus dilatih oleh sang pemilik/pawang agar kuda tersebut memiliki kemampuan tarung yang cakap.

Adu kuda biasanya dipimpin oleh seorang pawang yang mengendalikan jalannya pertarungan. Pawang bertugas memberi komando kepada para pemegang tali kekang untuk memisahkan kuda yang saling menggigit dengan cara menarik tali kekangnya. Hal ini dimaksud untuk meminimalisir luka pada kuda aduan. Demikian halnya jika kuda sudah tidak lagi berkelahi, maka pawang akan memerintahkan untuk menarik tali kekang masing-masing kuda.

Pertunjukan adu kuda (Kapogiraha Adhara) dimulai dengan menampilkan kuda-kuda betina yang dipimpin seekor kuda jantan yang besar dan gagah. Di sisi yang berbeda, akan ada seekor kuda jantan lain dengan ukuran fisik yang sama besar dengan sang pemimpin kelompok betina. Kuda jantan asing tersebut akan berusaha mendekatkan dirinya ke kuda-kuda betina. Akibatnya kuda jantan pimpinan kelompok betina tersebut akan timbul nalurinya untuk mempertahankan betina-betina miliknya. Sehingga akan memicu terjadinya pertarungan antara dua jantan tersebut.

Aturan yang diberlakukan dalam adu kuda ini yakni kuda adu hanya boleh saling beradu tendangan di udara (seperti terlihat pada gambar di atas). Adu tendangan inilah yang menjadi salah satu khas ciri dalam atraksi Adu Kuda.

Bagi kuda aduan yang mengalami luka-luka akibat pertarungan akan diobati dengan cara yang unik. Luka tersebut akan diobati dengan menggunakan karbon dari baterai bekas yang dicampurkan dengan minyak tanah. Campuran karbon baterai dan minyak tanah tersebut dioleskan pada bagian luka sehingga mencegah luka mengeluarkan darah. Menurut masyarakat setempat obat ini dapat mencegah infeksi dan luka akan cepat mengering.






So…
Tertarik untuk menyaksikan langsung tradisi “adu kuda” (Kapogiraha adhara)???
Silahkan berkunjung ke Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara.

Visit Muna
Visit Sulawesi Tenggara …
Visit Indonesia … …
Wonderful Indonesia … … …

Saturday, July 5, 2014

Wakatobi, Surganya Diving, Terumbu Karang dan Ikan

Pariwisata bahari adalah aktivitas wisata yang telah lama dikembangkan di Kepulauan Wakatobi, yang didukung dengan keberadaan Taman Laut Nasional Kepulauan Wakatobi. Keunggulan aset wisata ini, tidak lain karena hamparan karang yang sangat luas disepanjang perairan dengan topografi bawah laut yang kompleks seperti bentuk slope, flat, drop-off, atoll dan underwater cave dengan biota laut yang beraneka ragam.

Secara spesifik taman laut kepulauan Wakatobi memiliki ±25 buah gugusan terumbu karang dengan 750 species yang dikelilingi total 600 km2, serta objek wisata pantai yang sangat potensial sehingga sangat comfortable untuk aktivitas wisata selam seperti surfing dan snorkeling, serta wisata memancing. Sehingga salah seorang jurnalis selam asing bernama "Jacques Costeau" menggelari Wakatobi sebagai tempat penyelaman terindah di dunia (Wakatobi is the finest diving site in the world).

Survei WWF (2003), dengan ekstrapolasi indeks keragaman ikan Karang (Coral Fish Diversity Index, CFDI) menunjukkan bahwa di kepulauan Wakatobi terdapat sekitar 942 spesies ikan adalah satu subset dari pool spesies regional, walaupun sangat berbeda. Peringkat CFDI 284 menempatkan wilayah Wakatobi di kategori keanekaragaman hayati yang sama dengan Teluk Milne di Papua Nugini dan Komodo di Indonesia. Famili-famili yang paling beragam spesiesnya antara lain jenis-jenis wrase (Labridae), damsel (Pomacentridae), surgeon (Achanthuridae), kerapu (Serranidae), kepe-kepe (Chaetodontidae), kerapu (Serranidae), cardinal (Apogonidae), kakap (Lutjanidae), squirrel (Holocentridae), cardinal (Apogonidae).

Beautiful Wakatobi
Visit Wakatobi
Visit Indonesia
Wonderful Indonesia … … …