Wednesday, April 8, 2015

Kesamaan Relung (Niche Overlap) Pakan Pada Kelelawar

Kelelawar dari jenis (species) berbeda dapat memanfaatkan gua yang sama sebagai sarang. Hal ini dibuktikan oleh: penelitian Dunn (1978) yang mendapatkan jenis Hipposideros armiger, H. cineraceus, Rhinolophus affinis dan R. malayanus di Gua Anak Takun Malaysia; penelitian Zukal et al. (2005) yang mendapatkan jenis Myotis myotis dan Rhinolophus hipposideros di Gua Katerinska Czechoslovakia; dan penelitian Apriandi et al. (2008) yang mendapatkan jenis Miniopterus australis, Myotis adversus dan Rhinolophus affinis di Gua Gudawang Bogor. Menurut Kunz (1982) dan Willis & Brigmann (2004) sarang yang dipilih kelelawar memiliki akses yang mudah pada sumber pakan. Oleh karena itu, apabila jenis-jenis kelelawar yang bersarang dalam satu gua tersebut bergantung pada sumber pakan yang sama, akan terjadi kompetisi, terutama bila ketersediaan sumber pakan terbatas. Sebaliknya, bila sumber pakan berbeda, kompetisi tidak terjadi.

Penggunaan relung yang sama (niche overlap) menyebabkan interaksi kompetitif, yaitu tiap populasi yang berkompetisi memberikan pengaruh yang merugikan bagi pesaingnya (kompetitor) (Cox 2002). Menurut Reynold & Ludwig (1984) nilai niche overlap berkisar antara nol (0) sampai dengan satu (1). Apabila nilai niche overlap pakan mendekati satu berarti kedua jenis hewan tersebut memiliki pakan yang sama dan berpotensi untuk berkompetisi.

Kelelawar anggota subordo Megachiroptera adalah pemakan buah (frugivora) ataupun serbuk sari (polinator), sedangkan anggota subordo Microchiroptera kebanyakan pemakan serangga (insektivora) (M’Boy 2014). Menurut Altringham (1996), berdasarkan strategi pencarian makannya, kelelawar dibedakan menjadi tipe spesialis (selektif) dan opportunis (generalis). Kelelawar tipe spesialis hanya memakan jenis tertentu. Tipe ini bisa menghabiskan banyak waktu dan energi dalam pencarian makan, tetapi makanan yang didapatkan memiliki profit (nilai gizi) tinggi. Tipe opportunis menghabiskan lebih sedikit waktu dan energi dalam pencarian makannya, tetapi makanan yang didapatkan mungkin lebih sedikit nilai gizinya dibandingkan kelelawar tipe spesialis.

Beberapa Megachiroptera, misalnya Rousettus amplexicaudatus (Pteropodidae: Makrochiroptera) adalah pemakan buah tipe oportunis, sedangkan Macroglosus sabrinus (Pteropodidae: Makrochiroptera) adalah tipe spesialis. Menurut Nowak (1994) R. amplexicaudatus memakan jambu biji (Psidium guajava), pisang (Musa paradisiaca); sawo (Manilkara kauki), dan buah masak lainnya. Sedangkan Macroglosus sabrinus terspesialisasi untuk memakan nectar bunga durian (Durio zibethinus) dan bunga petai (Parkis speciosa) (Nowak 1994). Microchiroptera adalah pemakan serangga dengan tipe spesialis ataupun oportunis. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian Razakarivony et al. (2005) yang meneliti makanan kelelawar jenis Myzopoda aurita (Myzopodidae: Microchiroptera) di Madagaskar. Pada saat ngengat (Lepidoptera) melimpah, presentase ngengat dalam feses juga meningkat. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kelelawar ini memanfaatkan kesempatan (oportunis) dalam memilih jenis makanannya.