Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem khas perairan
pesisir tropik, yang ditandai dengan keanekaragaman jenis biota tinggi yang
hidup di dalamnya. Biota yang hidup di terumbu karang merupakan satu komunitas
yang terdiri dari berbagai tingkatan trofik. Masing-masing komponen dalam
komunitas ini saling tergantung satu sama lain, sehingga terumbu karang
merupakan suatu ekosistem dengan struktur trofik yang lengkap. Sebagai suatu
lingkungan hidup, ekosistem terumbu karang sekaligus berfungsi sebagai tempat
tinggal, mencari makan dan berkembang biak dari biota-biota yang hidup
berasosiasi dengan karang (Anonim 2007). Terumbu karang dapat pula
menghasilkan berbagai produk yang mempunyai nilai ekonomi yang penting seperti
berbagai jenis ikan karang, udang karang, alga, teripang, kerang mutiara dan
sebagainya (Nontji 1987).
Terumbu karang adalah suatu ekosistem di dasar laut tropis yang terutama
dibangun oleh biota laut penghasil kapur khususnya jenis-jenis karang batu dan
alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup di dasar lainnya seperti
mollusca, crustacea, echinodermata, polychaeta, porifera, tunicata dan biota
lainnya yang hidup bebas di perairan sekitarnya termasuk jenis-jenis plankton
dan ikan (Anonim 2008).
Ekosistem terumbu karang terbagi atas karang keras dan lunak. Karang batu adalah karang yang keras
disebabkan oleh adanya zat kapur yang dihasilkan oleh hewan karang. Melalui
proses yang sangat lama, hewan karang yang kecil (polip) membentuk koloni
karang yang kental, yang sebenarnya terdiri atas ribuan individu polip. Karang
batu ini menjadi pembentuk utama ekosistem terumbu karang. Walaupun
terlihat sangat kuat dan kokoh, karang sebenarnya sangat rapuh, mudah hancur
dan sangat rentan terhadap perubahan lingkungan (Sondakh 2004).
Faktor-faktor fisika-kimia yang diketahui dapat mempengaruhi kehidupan
dan/atau laju pertumbuhan karang, antara lain adalah suhu, kedalaman, cahaya
matahari, salinitas, kekeruhan, substrat dan pergerakan massa air (Anonim, 2006a).
Kondisi alam yang cocok untuk pertumbuhan karang diantaranya adalah pada
perairan yang bertemperatur antara 18 – 30oC, kedalaman air kurang
dari 50 meter, salinitas air laut 30 – 36 permil (‰), laju sedimentasi relatif
rendah dengan perairan yang relatif jernih, pergerakan air/arus yang cukup,
perairan yang bebas dari pencemaran, dan substrat yang keras (Sukrama
2001).
Dalam kehidupannya karang hermatifik berasosiasi dengan zooxanthellae (simbiosis
mutualistik) yang menghasilkan bahan organik. Disamping itu karang juga memakan
plankton untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Londo 2006).
Polip karang bersimbiosis dengan alga bersel tunggal (monocelluler), yang
terdapat dalam jaringan endoderm karang. Alga ini termasuk dalam dinoflagellata
marga symbiodinium yang mempunyai klorofil untuk proses fotosintesis. Alga ini
dapat disebut sebagai zooxanthellae. Zooxanthellae
mendapatkan keuntungan karena mendapat tempat tinggal yang aman di dalam tubuh
polip karang keras. Sedangkan polip karang keras mendapatkan keuntungan karena
mendapatkan makanan dari hasil fotosintesis alga yaitu oksigen dan energi. Hasil
metabolisme makanan dari karang diambil zooxanthellae untuk proses fotosintesis
dengan bantuan sinar matahari, kemudian hasilnya dimanfaatkan polip karang. Dengan
demikian keduanya saling ketergantungan dan tidak dapat bertahan hidup tanpa ada
salah satunya (M’Boy 2013). Zooxanthellae adalah salah satu penyusun
karang yang paling penting. Tanpa peran zooxanthellae terumbu karang tidak akan
terbentuk karena polip karang keras tidak akan dapat hidup tanpa zooxanthellae
(Rifky 2008).
Di dalam jaringan hewan karang batu terdapat alga simbiotik (zooxanthellae)
yang hidup dan bekerja sama yang saling menguntungkan (mutualistik) dengan
hewan karang, dimana lewat proses fotosintesa alga tersebut - karang batu dapat
bertumbuh dan menghasilkan kapur (kalsium karbonat) untuk pembentukan terumbu.
Untuk melakukan fotosintesa zooxanthellae membutuhkan cahaya matahari, sehingga
ekosistem ini hanya dapat berkembang di daerah yang beriklim panas dan
mempunyai perairan yang jernih (Azhar 2003). Terumbu karang dapat mentolerir suhu sekitar 36 - 40ÂșC (Nybakken
1992). Randall (1983) mengemukakan bahwa suhu optimal untuk pertumbuhan
karang berkisar antara 23 – 30oC, dan di bawah 18oC dapat
menghambat pertumbuhan karang bahkan dapat menyebabkan kematian.
a
ReplyDeletegood, walaupun aku mebacanya sudah sngat lama
ReplyDeleteterima kasih
terimakasih kak penjelasannya
ReplyDelete