Adu kuda atau
perkelahian kuda merupakan salah satu atraksi budaya warisan para Raja-raja
Muna yang sudah turun-temurun dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Muna,
Sulawesi Tenggara. Tradisi adu kuda ini hanya satu-satunya yang ada di
Indonesia. Atraksi adu kuda yang dalam bahasa Muna disebut “Kapogiraha
Adhara” ini awalnya dilaksanakan dalam rangka menyambut dan menghormati
tamu-tamu Kerajaan Muna. Saat ini budaya adu kuda ini hanya ditampilkan saat
menjelang perayaan HUT Kemerdekaan RI serta saat Hari Raya Idul Fitri dan Idul
Adha ataupun hajatan lainnya.
Jika Kalian
ingin menyaksikan langsung atraksi budaya adu
kuda ini, Kalian dapat langsung berkunjung ke Kabupaten Muna (Pulau Muna),
Sulawesi Tenggara. Tepatnya di tanah lapang Wakantei, Desa Latugho, Kecamatan
Lawa. Di Lawa, tradisi adu kuda rutin dilakukan hampir disetiap bulan
sebagai bagian dari hiburan rakyat, sekaligus sebagai salah daya tarik wisata
bagi wisatawan lokal maupun asing untuk berkunjung ke Pulau Muna. Jarak dari
Kota Raha (Ibu Kota Kab. Muna) ke Kec. Lawa berkisar 20 km, dan dapat ditempuh
menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat.
Dalam adu
kuda, yang diadu adalah dua ekor kuda jantan dewasa yang memiliki ukuran besar
yang sama. Selain itu kuda aduan juga harus memenuhi beberapa persyaratan
tertentu. Sebelum diikutkan dalam pentas, kuda harus dilatih oleh sang
pemilik/pawang agar kuda tersebut memiliki kemampuan tarung yang cakap.
Adu kuda
biasanya dipimpin oleh seorang pawang yang mengendalikan jalannya pertarungan.
Pawang bertugas memberi komando kepada para pemegang tali kekang untuk
memisahkan kuda yang saling menggigit dengan cara menarik tali kekangnya. Hal
ini dimaksud untuk meminimalisir luka pada kuda aduan. Demikian halnya jika
kuda sudah tidak lagi berkelahi, maka pawang akan memerintahkan untuk menarik
tali kekang masing-masing kuda.
Pertunjukan adu kuda (Kapogiraha Adhara)
dimulai dengan menampilkan kuda-kuda betina yang dipimpin seekor kuda jantan
yang besar dan gagah. Di sisi yang berbeda, akan ada seekor kuda jantan lain
dengan ukuran fisik yang sama besar dengan sang pemimpin kelompok betina. Kuda
jantan asing tersebut akan berusaha mendekatkan dirinya ke kuda-kuda betina.
Akibatnya kuda jantan pimpinan kelompok betina tersebut akan timbul nalurinya
untuk mempertahankan betina-betina miliknya. Sehingga akan memicu terjadinya
pertarungan antara dua jantan tersebut.
Aturan yang
diberlakukan dalam adu kuda ini yakni kuda adu hanya boleh saling beradu
tendangan di udara (seperti terlihat pada gambar di atas). Adu tendangan inilah
yang menjadi salah satu khas ciri dalam atraksi Adu Kuda.
Bagi kuda
aduan yang mengalami luka-luka akibat pertarungan akan diobati dengan cara yang
unik. Luka tersebut akan diobati dengan menggunakan karbon dari baterai bekas
yang dicampurkan dengan minyak tanah. Campuran karbon baterai dan minyak tanah
tersebut dioleskan pada bagian luka sehingga mencegah luka mengeluarkan darah.
Menurut masyarakat setempat obat ini dapat mencegah infeksi dan luka akan cepat
mengering.
So…
Tertarik
untuk menyaksikan langsung tradisi “adu kuda” (Kapogiraha adhara)???
Silahkan
berkunjung ke Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara.
Visit Muna
Visit
Sulawesi Tenggara …
Visit
Indonesia … …
Wonderful
Indonesia … … …
pinjam photonya yah,
ReplyDeletebuat dipajang di http://nesia.id/horse-fighting-southeast-sulawesi.html
For beautiful Indonesia