Monday, July 14, 2014

Adu Kuda, Atraksi Unik Budaya Khas Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara



Adu kuda atau perkelahian kuda merupakan salah satu atraksi budaya warisan para Raja-raja Muna yang sudah turun-temurun dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Tradisi adu kuda ini hanya satu-satunya yang ada di Indonesia. Atraksi adu kuda yang dalam bahasa Muna disebut “Kapogiraha Adhara” ini awalnya dilaksanakan dalam rangka menyambut dan menghormati tamu-tamu Kerajaan Muna. Saat ini budaya adu kuda ini hanya ditampilkan saat menjelang perayaan HUT Kemerdekaan RI serta saat Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha ataupun hajatan lainnya.





Jika Kalian ingin menyaksikan langsung atraksi budaya adu kuda ini, Kalian dapat langsung berkunjung ke Kabupaten Muna (Pulau Muna), Sulawesi Tenggara. Tepatnya di tanah lapang Wakantei, Desa Latugho, Kecamatan Lawa. Di Lawa, tradisi adu kuda rutin dilakukan hampir disetiap bulan sebagai bagian dari hiburan rakyat, sekaligus sebagai salah daya tarik wisata bagi wisatawan lokal maupun asing untuk berkunjung ke Pulau Muna. Jarak dari Kota Raha (Ibu Kota Kab. Muna) ke Kec. Lawa berkisar 20 km, dan dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat.

Dalam adu kuda, yang diadu adalah dua ekor kuda jantan dewasa yang memiliki ukuran besar yang sama. Selain itu kuda aduan juga harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu. Sebelum diikutkan dalam pentas, kuda harus dilatih oleh sang pemilik/pawang agar kuda tersebut memiliki kemampuan tarung yang cakap.

Adu kuda biasanya dipimpin oleh seorang pawang yang mengendalikan jalannya pertarungan. Pawang bertugas memberi komando kepada para pemegang tali kekang untuk memisahkan kuda yang saling menggigit dengan cara menarik tali kekangnya. Hal ini dimaksud untuk meminimalisir luka pada kuda aduan. Demikian halnya jika kuda sudah tidak lagi berkelahi, maka pawang akan memerintahkan untuk menarik tali kekang masing-masing kuda.

Pertunjukan adu kuda (Kapogiraha Adhara) dimulai dengan menampilkan kuda-kuda betina yang dipimpin seekor kuda jantan yang besar dan gagah. Di sisi yang berbeda, akan ada seekor kuda jantan lain dengan ukuran fisik yang sama besar dengan sang pemimpin kelompok betina. Kuda jantan asing tersebut akan berusaha mendekatkan dirinya ke kuda-kuda betina. Akibatnya kuda jantan pimpinan kelompok betina tersebut akan timbul nalurinya untuk mempertahankan betina-betina miliknya. Sehingga akan memicu terjadinya pertarungan antara dua jantan tersebut.

Aturan yang diberlakukan dalam adu kuda ini yakni kuda adu hanya boleh saling beradu tendangan di udara (seperti terlihat pada gambar di atas). Adu tendangan inilah yang menjadi salah satu khas ciri dalam atraksi Adu Kuda.

Bagi kuda aduan yang mengalami luka-luka akibat pertarungan akan diobati dengan cara yang unik. Luka tersebut akan diobati dengan menggunakan karbon dari baterai bekas yang dicampurkan dengan minyak tanah. Campuran karbon baterai dan minyak tanah tersebut dioleskan pada bagian luka sehingga mencegah luka mengeluarkan darah. Menurut masyarakat setempat obat ini dapat mencegah infeksi dan luka akan cepat mengering.






So…
Tertarik untuk menyaksikan langsung tradisi “adu kuda” (Kapogiraha adhara)???
Silahkan berkunjung ke Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara.

Visit Muna
Visit Sulawesi Tenggara …
Visit Indonesia … …
Wonderful Indonesia … … …

1 comment:

  1. pinjam photonya yah,
    buat dipajang di http://nesia.id/horse-fighting-southeast-sulawesi.html
    For beautiful Indonesia

    ReplyDelete