Aliran air
merupakan faktor utama dalam pembentukan Gua Karst.
Menurut Hamilton & Smith (2006), berdasarkan penetrasi air pada dinding dan
atap gua, kita dapat membedakan tipe gua karst,
sebagai berikut:
1) Gua fosil, adalah gua karst yang pada
dinding dan atapnya tidak ada lagi penetrasi air. Hal ini menyebabkan
pertumbuhan ornamen-ornamen gua terhenti dan mikroklimat gua cenderung lebih
kering dibandingkan tipe gua karst lainnya.
2) Gua vedosa:
gua karst yang berada pada sarang air (water table) yang datar. Tipe gua ini
ditandai dengan sedikitnya penetrasi air pada atap gua sehingga tidak banyak
ditemukan ornamen gua. Oleh karena berada pada sarang air datar, maka banyak
terbentuk mata air di dinding gua. Banyaknya mata air tersebut menyebabkan
mikroklimat di dalam gua cenderung dingin dan lembap.
3) Gua pheartic
adalah gua karst yang berada pada bidang miring, yang penetrasi air pada
atap gua berlangsung sangat efektif. Tipe gua ini ditandai dengan banyaknya
tetesan air pada atap gua dan biasanya lantai gua dilalui sungai bawah tanah.
Ornamen gua membentuk formasi yang kompleks dan masih aktif berkembang. Keberadaan
sungai bawah tanah dan banyaknya tetesan air pada atap gua menyebabkan gua pheartic
dingin dan lembap (Samodra 2006).
Pada gua
fosil, vedosa maupun pheartic terbentuk zonasi atau
mintakat-mintakat. Mintakat tersebut sangat dipengaruhi oleh besarnya mulut
gua, banyaknya ventilasi gua maupun formasi gua. Gua tipe pheartic memiliki
formasi gua yang lebih kompleks dibandingkan tipe gua lainnya (Samodra 2006).
Hal ini disebabkan lorong gua yang berliku-liku, adanya aliran sungai, dan
banyaknya ornamen-ornamen gua. Kondisi ini menghasilkan mintakat III yang lebih
luas, yaitu mintakat gelap dengan suhu dan kelembapan stabil tidak dipengaruhi
suhu luar gua.
Gua dapat
diartikan sebagai ruang /lorong yang berada di bawah permukaan tanah. Selain
tipe-tipe gua karst yang telah dijelaskan di atas, menurut Ko (2004) terdapat
tiga tipe gua lain, yaitu 1) gua lava: gua yang terbentuk karena aktivitas
vulkanik atau gunung berapi, 2) gua litoral /gua laut: gua yang
terbentuk kerena gelombang laut yang memecah karang di pantai, dan 3) gua sandstone:
gua yang terbentuk karena erosi air dan angin pada batuan pasir. Ketiga
tipe gua tersebut memiliki lorong pendek, formasi gua sederhana, dan cahaya
matahari dapat masuk hampir ke seluruh bagian lorong gua. Karena itu tidak terdapat
mintakat-mintakat seperti halnya pada gua karst dan
tidak membentuk ekosistem yang kompleks.
No comments:
Post a Comment