Friday, August 22, 2014

Distribusi Ikan Tuna Mata Besar (Thunnus obesus)




Tuna mata besar/Bigeye tuna (Thunnus obesus) hidup di perairan tropis sampai subtropis. Ikan ini adalah ikan perenang cepat dan hidup bergerombol (schooling) sewaktu mencari makan. Kecepatan renang ikan dapat mencapai 50 km/jam. Kemampuan renang ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penyebarannya dapat meliputi skala ruang (wilayah geografis) yang cukup luas, termasuk diantaranya beberapa spesies yang dapat menyebar dan bermigrasi lintas samudera (highly migratory) (Supadiningsih dan Rosana 2004).

Distribusi ikan tuna di laut sangat ditentukan oleh berbagai faktor, baik faktor internal dari ikan itu sendiri maupun faktor eksternal dari lingkungan. Faktor internal meliputi jenis (genetis), umur dan ukuran, serta tingkah laku (behavior). Perbedaan genetis ini menyebabkan perbedaan dalam struktur morfologis, respon fisiologis dan daya adaptasi terhadap lingkungan. Faktor eksternal merupakan faktor lingkungan, diantaranya adalah parameter oseanografis seperti suhu, salinitas, densitas dan kedalaman lapisan termoklin, arus dan sirkulasi massa air, oksigen dan kelimpahan makanan. Tuna mata besar bersifat epipelagik, mesopelagik, berada pada permukaan sampai kedalaman 250 m. Suhu dan kedalaman termoklin menjadi faktor utama distribusi vertikal dan horizontal dari ikan tuna mata besar (Maury 2005).


Peta Penyebaran ikan tuna mata besar (Thunnus obesus) (FAO 2005)

Kedalaman renang tuna bervariasi tergantung jenisnya. Umumnya tuna dapat tertangkap di kedalaman 0-400 m. Salinitas perairan yang disukai ikan tuna mata besar berkisar 32-35 ppt atau di perairan oseanik. Habitat ikan tuna mata besar di daerah perairan dengan suhu dari 13°-29°C, namun batas suhu optimumnya antara 17°C dan 22°C. Variasi yang terjadi berhubungan erat dengan musim dan perubahan iklim dari suhu permukaan dan termoklin. Ikan tuna mata besar kecil dan juvenil bergerombol di permukaan perairan dengan sesama spesiesnya ataupun dengan madidihang dan cakalang. Ikan dewasa tinggal di perairan yang lebih dalam (M’Boy 2014).

Ikan tuna mata besar mempunyai pola tingkah laku yang khas berdasarkan kedalaman, yaitu pada malam hari ikan tuna ini berada di lapisan permukaan pada kedalaman kira-kira 50 m, dan pada siang hari dapat menyelam hingga kedalaman 500 m (Dagorn et al. 2000, Gunn & Block 2001). Menurut Mohri dan Nishida (1999) laju tangkap ikan tuna mata besar di Samudera Hindia sangat rendah pada kedalaman kurang dari 100 m dan lebih tinggi pada kedalaman lebih dari 200 m. Ikan betina dewasa lebih banyak ditemukan di perairan tropis. Ikan tuna dewasa ditemukan setiap tahun di daerah sekitar barat dan tengah Samudera Hindia, meskipun relatif jarang ditemukan juga di Samudera Hindia bagian timur pada bulan April hingga September.

Ikan tuna mata besar dapat bertahan pada kondisi oksigen terlarut dengan konsentrasi lebih rendah dibandingkan dengan spesies tuna lainnya dan mampu mendiami perairan yang lebih dalam (Stequert dan Marsac 1989) yang konsentrasi oksigennya 1.5 mL/L dengan batas toleransi terendah 0.5 mL/L.

Penyebaran ikan tuna mata besar di dunia yaitu di perairan subtropis dan tropis Samudera Pacifik, India dan Atlantik, tetapi tidak terdapat di Laut Mediterrania. Di Indonesia, daerah penyebaran tuna, termasuk tuna mata besar, secara horisontal meliputi perairan barat dan selatan Sumatera, selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Laut Banda dan sekitarnya, Laut Sulawesi dan perairan barat Papua. Semua jenis tuna terdapat di Indonesia kecuali tuna sirip biru utara dan tuna sirip hitam, karena tuna sirip biru utara menghuni Samudera Pasifik dan Atlantik, sedangkan tuna sirip hitam hanya terdapat di Samudera Atlantik (Uktolseja 1988).

No comments:

Post a Comment