Burung puyuh mulai
dikenal dan diternakkan di Indonesia pada tahun 1979. Burung puyuh merupakan
bangsa burung (liar) yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil,
berkaki pendek dan dapat diadu.
Burung puyuh
yang biasa diberdayakan sebagai ternak unggas berasal dari kelas Aves (bangsa
burung), Ordo Galiformes, Sub Ordo Phasianoidae, Famili Phasianidae, Sub Famili
Phasianinae, Genus Coturnix, dan Species Coturnix-coturnix japonica.
Karakter
burung puyuh dewasa jantan dapat dilihat dari bagian leher atas yang berwarna
coklat muda (cinnamon) dan warna dada bagian bawah yang sama dan warna
yang merata. Sedangkan burung puyuh betina memiliki bulu leher atau
kerongkongan dan dada bagian atas yang panjang dan berwarna lebih muda.
Terdapat totol-totol cokelat tua pada dada bagian atas. Bentuk badan betina
pada umumnya lebih besar dari jantan. Burung puyuh muda mulai bersuara pada
umur 5-6 minggu.
Burung puyuh memiliki
banyak manfaat untuk dipelihara sebagai hewan ternak karena memiliki banyak
keunggulan dan nilai jual yang tinggi. burung puyuh dapat dijadikan sebagai
ternak penghasil telur konsumsi, penghasil telur tetas, hingga bibit dan
afkirannya masih dapat dijual.
Telur burung
puyuh memiliki kandungan protein dan lemak yang lebih baik dari telur biasa,
karena memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dengan kandungan lemak yang
lebih rendah. Telur burung puyuh juga dapat dijadikan sebagai konsumsi diet
kolesterol, karena komposisi telur burung puyuh dapat mencegah terjadinya
penimbunan lemak di jantung. Sementara itu, kebutuhan tubuh akan protein dapat
terpenuhi.
Kualitas telur
burung puyuh terdiri dari kualitas kulit telur, kualitas kekentalan, dan
kualitas gizi yang ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Kualitas
lainnya ditentukan dari penampakkan kulit telur seperti tingkat kebersihan
terhadap bercak darah, dan kualitas kuning telur. Kualitas telur dapat
dinyatakan dengan melihat telur secara eksterior dan interior. Secara interior,
dengan mengukur bagian dalam telur, seperti kuning telur, putih telur dan ada
tidaknya cacat pada kuning telur. Sedangkan secara eksterior yaitu dengan
melihat bentuk telur, mengukur bobot, dan tebal cangkang telur. Faktor-faktor
yang mempengaruhi jenis telur diantaranya adalah kandungan zat makanan,
penyakit, temperatur, genetik dan umur unggas (M'Boy 2014).
Daging
burung puyuh mengandung 21.10 persen protein, sedangkan lemaknya rendah yakni
hanya 7.7 persen. Daging burung puyuh umumnya diambil dari burung puyuh yang
sudah afkir yaitu burung puyuh betina yang kemampuannya menghasilkan telur
sudah menurun atau burung jantan yang tidak terpilih sebagai pejantan. Sebagian
besar burung puyuh jantan sengaja diafkir karena bila diternakan hanya akan
menghabiskan pakan yang tentunya akan memperbesar biaya pemeliharaan.
Kotoran burung puyuh
dapat dipergunakan sebagai pupuk untuk tanaman sayuran maupun tanaman hias dan
juga untuk campuran dalam bahan makanan (konsentrat) bagi ternak. Kotoran ini
dijemur sampai kering kemudian digiling atau ditumbuk sampai halus agar dapat
digunakan sebagai campuran pakan ternak. Sedangkan untuk pupuk, kotoran
terlebih dahulu dicampur tanah dengan perbandingan 1:1 dan disimpan dalam
suasana aerob selama 1-2 bulan.
No comments:
Post a Comment