Kelelawar merupakan fauna troglozene utama di
gua-gua karst di Indonesia (Whitten et al.
1999; Suyanto 2001). Kelelawar adalah Mamalia yang termasuk dalam ordo
Chiroptera. Ciri khas ordo ini adalah tulang telapak tangan (metacarpal) dan tulang jari (digiti) mengalami pemanjangan sehingga
berfungsi sebagai kerangka sayap. Sayap tersebut terbentuk dari selaput tipis (petagium) yang membentang antara tulang-tulang
telapak dan jari tangan sampai sepanjang sisi tubuh (Nowak 1994; Altringham
1996).
Ordo Chiroptera
terdiri atas 2 subordo, yaitu Megachiroptera dan Microchiroptera. Kedua subordo
ini diduga tidak mempunyai hubungan kekerabatan dan merupakan hasil evolusi
konvergen, yaitu evolusi yang terjadi pada dua spesies yang berbeda tetapi
beradaptasi dengan cara yang sama sehingga menghasilkan morfologi yang mirip
(Altringham 1996). Salah satu alasan yang mendukung adalah: saraf superior
colliculus (s.c) kanan pada otak tengah Microchiroptera mengatur retina
mata kiri dan sebaliknya s.c kiri mengatur retina mata kanan. Hal ini ditemukan
pada semua Mamalia, kecuali primata. Pada Megachiroptera, saraf superior
colliculus kanan otak tengah mengatur retina mata kiri dan mata kanan
sekaligus. Keadaan ini hanya ditemukan pada Primata, Dermoptera, dan
Megachiroptera (Corbet & Hill 1992; Altringham 1996). Karena alasan
tersebut maka diduga Megachiroptera berasal dari nenek moyang Primata, sedangkan
Microchiroptera diduga berasal dari nenek moyang bukan Primata (M’Boy 2014).
Penelitian HanGuan
et al. (2006) mengenai filogenetika
kelelawar juga mendapatkan bahwa kelelawar Megachiroptera memiliki
kekerabatan lebih dekat dengan primata dibandingkan dengan Microchiroptera.
Saat ini diketahui terdapat 18 famili, 192 genus dan sekitar 1111 jenis
kelelawar yang ada di dunia (Safi & Kerth 2004). Menurut Suyanto et al. (1998) terdapat 10
famili, 49 genus, dan sekitar 151 jenis terdapat di Indonesia.
Anggota subordo
Megachiroptera makanan utamanya adalah buah (frugivora), selain itu juga
memakan serbuk sari (polen) dan nektar. Subordo ini terdiri atas 1 famili,
yaitu Pteropodidae dengan 42 genus dan 166 spesies (Nowak 1994). Subordo
Megachiroptera memiliki ukuran yang relatif besar (bobot minimum 10 gram
maksimum 1500 gram dengan bentangan sayap maksimum 1700 mm); memiliki mata
besar; telinga tidak memiliki tragus; moncong sederhana dan ekor tidak
berkembang; jari kedua dan jari ketiga terpisah relatif jauh dan memiliki cakar
pada jari kedua, kecuali pada Eonycteris, Dobsonia, dan Neopterix (Altringham 1996).
Anggota subordo
Microchiroptera kebanyakan pemakan serangga (insectivora). Selain itu,
ada juga yang penghisap darah (sanguivora), misalnya Desmodus
vampirus; dan penghisap madu misalnya (Leptonycteris curasoae). Subordo
ini terdiri atas 17 famili, 150 genus, dan 945 spesies. Ciri subordo Microchiroptera
adalah berukuran kecil (bobot minimum 2 gram, maksimum 196 gram dengan
bentangan sayap maksimum 70 mm); memiliki mata kecil; telinga memiliki tragus
(tonjolan dari dalam daun telinga) atau anti tragus (tonjolan dari luar
daun telinga); jari sayap tidak bercakar
dan moncong sangat bervariasi, terutama famili Rhinolophidae & Hipposideridae
memiliki daun hidung (noselea) yang kompleks.
Klasifikasi
kelelawar menurut Corbet & Hill (1992) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub
Filum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo
: Chiroptera
Subordo : Megachiroptera
Famili : Pteropodidae
Subordo : Microchiroptera
Famili : Rhinolophidae, Hipposideridae, Megadermatidae,
Craseonycteridae, Rhinopomatidae, Nycteridae, Emballonuridae, Phyllostomidae,
Mormoopidae, Noctilionidae, Furipteridae, Thyropteridae, Mystacinidae, Myzopodidae,
Vespertilionidae, Molosidae dan Natalidae
Kelelawar ditemukan di seluruh permukaan bumi,
kecuali di daerah kutub dan pulau-pulau terpencil. Kemampuan terbang kelelawar
merupakan faktor penting dalam persebaran hewan ini. Selain itu, jenis pakannya
sangat bervariasi sehingga memungkinkan hidup di berbagai tipe habitat (Nowak
1994). Menurut Altringham (1996), sekitar 200 spesies kelelawar ditemukan di
Madagaskar dan Afrika; 300 spesies ditemukan di Amerika Selatan dan Amerika
Tengah; 240 jenis ditemukan di Asia dan Australia; dan sekitar 40 spesies
ditemukan di Amerika Utara dan Eropa. Menurut Suyanto et al. (1998), di Indonesia terdapat 151 jenis
kelelawar. Jenis-jenis tersebut menyebar di seluruh kepulauan Indonesia. Lebih
lanjut Kunz & Pierson (1994) menjelaskan bahwa kelelawar merupakan Mamalia
paling berhasil, karena dapat ditemukan di berbagai tipe habitat dengan
ketinggian mulai 10 m dpl sampai 3000 m dpl. Winkelmann et al. (2000) meneliti penggunaan habitat oleh kelelawar Synconycteris
australis di Papua New Guinea. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
keberadaan dan kelimpahan kelelawar pada suatu habitat ialah 1) struktur fisik
habitat, 2) iklim mikro habitat, 3) ketersediaan pakan dan sumber air, 4)
keamanan dari predator, 5) kompetisi, dan 6) ketersediaan sarang (M’Boy 2014).
No comments:
Post a Comment