Sentra
produksi sayuran dataran tinggi umumnya terletak pada ketinggian 700-2500 m
dpl, dengan suhu udara rata-rata relatif sejuk (sekitar 22oC) sampai
dingin. Suhu udara rata-rata di beberapa sentra produksi sayuran dataran tinggi
di Jawa Barat berkisar 18.1oC – 19.9oC. Suhu udara
rata-rata di bawah 22o C merupakan kondisi yang ideal untuk
pertumbuhan tanaman sayuran dataran tinggi (Gunadi 1998). Tanaman sayuran
diusahakan mulai dari daerah berombak sampai bergunung dengan lereng 3–45% pada
ketinggian tempat >800 m dpl. Tanaman kentang banyak diusahakan pada lereng
>25% dan ditanam menurut kontur, sedangkan wortel diusahakan dalam bedengan
pada berbagai kondisi lereng, dengan atau tanpa teknik konservasi (Suryani et al. 2003).
Di
sentra sayuran Rurukan, Tondano, Sulawesi Utara, usahatani sayuran yang
diusahakan adalah kentang, wortel, bawang daun, kubis, cabe, dan tomat yang
ditanam baik secara monokultur maupun tumpangsari, dengan atau tanpa teknik
konservasi (Suryani et al. 2003).
Jenis-jenis sayuran yang memiliki nilai jual lebih baik bisanya ditanam dalam
pola tanam monokultur dan ada juga dalam pola tanam campuran. Pola tanam
campuran biasanya dilakukan untuk mengurangi risiko kegagalan komoditas
sayuran, baik kegagalan secara agronomis maupun ekonomis (M’Boy 2014).
Kondisi
suhu udara yang sejuk di dataran tinggi merupakan persyaratan utama dan sangat
diperlukan serta sangat memungkinkan untuk perkembangan bagi komoditas
pertanian dataran tinggi. Dengan demikian wilayah dataran tinggi yang berhawa
sejuk dan memiliki panorama yang indah mempunyai peluang untuk pengembangan
agrowisata sehingga terbuka peluang pasar bagi beberapa komoditas hortikultura.
Curah hujan di daerah dataran tinggi antara 2.500 – 4.000 mm [BPAH 2003].
No comments:
Post a Comment