Saturday, December 20, 2014

Mangrove (Fungsi dan Penyebarannya)

Hutan mangrove sering disebut sebagai hutan bakau, hutan payau atau hutan pasang surut. Vegetasi hutan mangrove umumnya terdiri atas jenis-jenis yang selalu hijau (evergreen plant) dari beberapa famili. Hutan mangrove dapat meliputi beberapa jenis tanaman yaitu Avicennia, Rhizophora, Ceriops, Bruguiera, Xylocarpus, Sonneratia, Lumnitzera, Laguncularia, Aegiceras, Aegitalis, Snaeda, Conocarpus (Bengen 1999).

Mangrove dapat hidup pada jenis pantai berlumpur dan pantai berpasir dengan berbagai substrat diantaranya adalah pasir, sisa lava gunung api, atau sedimen yang bersifat karbonat. Hutan mangrove sanggup beradaptasi terhadap kadar oksigen yang rendah, terhadap kadar garam yang tinggi, serta terhadap tanah yang kurang stabil dan pengaruh pasang surut. Mangrove merupakan suatu ekosistem peralihan antara darat dan laut, yang mempunyai gradien sifat lingkungan yang berat (M’Boy 2014).

Ekosistem mangrove merupakan salah satu sumberdaya alam tropika yang memiliki fungsi dan manfaat yang luas ditinjau dari aspek ekologi dan ekonomi. Fungsi ekologi mangrove dapat dilihat dari aspek fisik, kimia, biologi. Menurut Liyanage (2004), nilai keuntungan/manfaat tidak langsung dari ekosistem mangrove dirasakan lebih tinggi jika dibandingkan manfaat langsungnya. Perakaran mangrove yang kokoh memiliki kemampuan untuk meredam pengaruh gelombang, menahan lumpur, dan melindungi pantai dari erosi, gelombang pasang, dan angin topan, menurunkan tingkat erosi di pantai dan sungai, mencegah banjir, mencegah intrusi air laut, menurunkan tingkat polusi/pencemaran produksi bahan organik, sebagai sumber makanan, sebagai daerah asuhan, pemijahan, dan mencari makan untuk berbagai jenis biota laut (M’Boy 2014).

Fungsi fisik hutan mangrove adalah sebagai pelindung pantai, sebagai peredam gelombang dan angin badai, pelindung dari abrasi, penahan lumpur dan perangkap sedimen. Mangrove terbukti memainkan peran penting dalam melindungi pesisir dari gempuran badai. Fungsi perlindungan pantai dilakukan melalui sistem perakaran mangrove yang rapat dan terpancang sebagai jangkar, dapat meredam gelombang laut, dan mengurangi kecepatan arus sehingga pantai terhindar dari abrasi (Khazali 2001).

Selain mempunyai fungsi fisik pada daerah pesisir, mangrove juga mempunyai fungsi kimiawi. Dua fungsi kimiawi ekosistem mangrove adalah sebagai penyerap bahan pencemar (ekosistem mangrove dapat melakukan proses kimia dan pemulihan/Self-purification) dan sebagai sumber energi bagi lingkungan perairan di sekitarnya. Ketersediaan berbagai jenis makanan yang terdapat pada ekosistem hutan mangrove telah menjadikannya sumber energi bagi berbagai biota yang bernaung di dalamnya (M’Boy 2014).

Fungsi biologi hutan mangrove adalah sebagai sumber kesuburan perairan, tempat perkembangbiakan dan daerah asuhan berbagai jenis biota laut. Sistem perakaran dan tajuk yang rapat serta kokoh merupakan habitat alami yang aman untuk spesies perairan berkembang biak, sebagai daerah asuhan (nursery ground), daerah mencari makan (feeding ground), dan daerah pemijahan (spawning ground) berbagai macam biota perairan (ikan, udang, dan kerang-kerangan) baik yang hidup di perairan maupun yang hidup dilepas pantai. Hutan mangrove juga berfungsi sebagai tempat bersarangnya beberapa jenis burung (khususnya burung air), habitat berbagai satwa liar dan sumber keanekaragaman hayati (Khazali 2001).

Kontribusi yang paling penting dari hutan mangrove dalam kaitannya dengan ekosistem pantai adalah serasah daunnya (penghasil detritus) dan dapat menghasilkan material bahan organik yang menjadi sumber energi bagi organisme yang hidup di ekosistem mangrove tersebut. Detritus yang dihasilkan oleh hutan mangrove dimanfaatkan sebagai oleh hewan pemakan detritus, dan sebagian lagi diuraikan secara bakterial menjadi mineral-mineral hara yang berperan dalam penyuburan perairan (Bengen 2001).

Nilai pakai tidak langsung dari ekosistem mangrove adalah dalam bentuk fungsi ekologi yang vital, termasuk pengendalian terhadap erosi pantai, stabilisasi sedimen, perlindungan bagi terumbu karang di dekatnya terhadap padatan-padatan tersuspensi, perlindungan bagi tata guna lahan di wilayah pantai dari terpaan badai dan tsunami, pencegahan terhadap intrusi garam, pemurnian alami perairan pantai terhadap polusi. Ekosistem mangrove sebagai jalur hijau berfungsi sebagai penyaring berbagai jenis polutan yang dibawa oleh sungai atau aliran air lainnya yang masuk ke ekosistem mangrove (Dahuri et al 1996).

Selain beberapa fungsi di atas, ekosistem mangrove juga memiliki fungsi ekonomi. Bagi sebagian masyarakat pesisir, mangrove dimanfaatkan sebagai kayu bakar dan bahan bangunan atau dijual sebagai bahan baku industri. Selain itu dengan berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi, ekosistem mangrove pada beberapa tahun belakangan ini telah dijadikan kawasan wisata dan ada pula yang dikonversi menjadi tambak (Grasso 1998).

Hutan mangrove tersebar di wilayah tropis dan subtropis. Penyebaran hutan mangrove dibatasi oleh letak lintang karena mangrove sangat sensitif terhadap suhu dingin. Penyebarannya juga terbatas akibat ketergantungannya terhadap aliran air tawar. Oleh karena itu, mangrove tumbuh pada daerah intertidal dan supratidal. Hutan mangrove tumbuh di sepanjang pantai-pantai yang terlindung dari aktivitas gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat, seperti muara sungai, delta, pantai yang terlindung, dan teluk yang dangkal. Gelombang yang besar dan arus pasang surut yang kuat tidak memungkinkan terjadinya pengendapan sedimen yang diperlukan sebagai substrat bagi tumbuhnya mangrove ini.

No comments:

Post a Comment