Hutan mangrove sering disebut sebagai hutan
bakau, hutan payau atau hutan pasang surut. Vegetasi hutan mangrove umumnya
terdiri atas jenis-jenis yang selalu hijau (evergreen plant) dari
beberapa famili. Hutan mangrove dapat meliputi beberapa jenis tanaman yaitu Avicennia,
Rhizophora, Ceriops, Bruguiera, Xylocarpus, Sonneratia, Lumnitzera,
Laguncularia, Aegiceras, Aegitalis, Snaeda, Conocarpus (Bengen 1999).
Mangrove dapat hidup
pada jenis pantai berlumpur dan pantai berpasir dengan berbagai substrat
diantaranya adalah pasir, sisa lava gunung api, atau sedimen yang bersifat
karbonat. Hutan mangrove sanggup beradaptasi terhadap kadar oksigen yang
rendah, terhadap kadar garam yang tinggi, serta terhadap tanah yang kurang
stabil dan pengaruh pasang surut. Mangrove merupakan suatu ekosistem peralihan
antara darat dan laut, yang mempunyai gradien sifat lingkungan yang berat
(M’Boy 2014).
Ekosistem
mangrove merupakan salah satu sumberdaya alam tropika yang memiliki fungsi dan
manfaat yang luas ditinjau dari aspek ekologi dan ekonomi. Fungsi ekologi
mangrove dapat dilihat dari aspek fisik, kimia, biologi. Menurut Liyanage
(2004), nilai keuntungan/manfaat tidak langsung dari ekosistem mangrove
dirasakan lebih tinggi jika dibandingkan manfaat langsungnya. Perakaran mangrove
yang kokoh memiliki kemampuan untuk meredam pengaruh gelombang, menahan lumpur,
dan melindungi pantai dari erosi, gelombang pasang, dan angin topan, menurunkan
tingkat erosi di pantai dan sungai, mencegah banjir, mencegah intrusi air laut,
menurunkan tingkat polusi/pencemaran produksi bahan organik, sebagai sumber
makanan, sebagai daerah asuhan, pemijahan, dan mencari makan untuk berbagai
jenis biota laut (M’Boy 2014).
Fungsi fisik
hutan mangrove adalah sebagai pelindung pantai, sebagai peredam gelombang dan
angin badai, pelindung dari abrasi, penahan lumpur dan perangkap sedimen.
Mangrove terbukti memainkan peran penting dalam melindungi pesisir dari
gempuran badai. Fungsi perlindungan pantai dilakukan melalui sistem perakaran
mangrove yang rapat dan terpancang sebagai jangkar, dapat meredam gelombang
laut, dan mengurangi kecepatan arus sehingga pantai terhindar dari abrasi
(Khazali 2001).
Selain
mempunyai fungsi fisik pada daerah pesisir, mangrove juga mempunyai fungsi
kimiawi. Dua fungsi
kimiawi ekosistem mangrove adalah sebagai penyerap bahan pencemar
(ekosistem mangrove dapat melakukan proses kimia dan pemulihan/Self-purification)
dan sebagai sumber energi bagi lingkungan perairan di sekitarnya. Ketersediaan
berbagai jenis makanan yang terdapat pada ekosistem hutan mangrove telah
menjadikannya sumber energi bagi berbagai biota yang bernaung di dalamnya
(M’Boy 2014).
Fungsi
biologi hutan mangrove adalah sebagai sumber kesuburan perairan, tempat perkembangbiakan
dan daerah asuhan berbagai jenis biota laut. Sistem perakaran dan tajuk yang
rapat serta kokoh merupakan habitat alami yang aman untuk spesies perairan
berkembang biak, sebagai daerah asuhan (nursery ground), daerah mencari
makan (feeding ground), dan daerah pemijahan (spawning ground)
berbagai macam biota perairan (ikan, udang, dan kerang-kerangan) baik yang
hidup di perairan maupun yang hidup dilepas pantai. Hutan mangrove juga
berfungsi sebagai tempat bersarangnya beberapa jenis burung (khususnya burung
air), habitat berbagai satwa liar dan sumber keanekaragaman hayati (Khazali
2001).
Kontribusi
yang paling penting dari hutan mangrove dalam kaitannya dengan ekosistem pantai
adalah serasah daunnya (penghasil detritus) dan dapat menghasilkan material
bahan organik yang menjadi sumber energi bagi organisme yang hidup di ekosistem
mangrove tersebut. Detritus yang dihasilkan oleh hutan mangrove dimanfaatkan
sebagai oleh hewan pemakan detritus, dan sebagian lagi diuraikan secara
bakterial menjadi mineral-mineral hara yang berperan dalam penyuburan perairan
(Bengen 2001).
Nilai pakai
tidak langsung dari ekosistem mangrove adalah dalam bentuk fungsi ekologi
yang vital, termasuk pengendalian terhadap erosi pantai, stabilisasi sedimen,
perlindungan bagi terumbu karang di dekatnya terhadap padatan-padatan
tersuspensi, perlindungan bagi tata guna lahan di wilayah pantai dari terpaan
badai dan tsunami, pencegahan terhadap intrusi garam, pemurnian alami perairan
pantai terhadap polusi. Ekosistem mangrove sebagai jalur hijau berfungsi
sebagai penyaring berbagai jenis polutan yang dibawa oleh sungai atau aliran
air lainnya yang masuk ke ekosistem mangrove (Dahuri et al 1996).
Selain
beberapa fungsi di atas, ekosistem mangrove juga memiliki fungsi ekonomi. Bagi
sebagian masyarakat pesisir, mangrove dimanfaatkan sebagai kayu bakar dan bahan
bangunan atau dijual sebagai bahan baku industri. Selain itu dengan berjalannya
waktu dan berkembangnya teknologi, ekosistem mangrove pada beberapa tahun
belakangan ini telah dijadikan kawasan wisata dan ada pula yang dikonversi
menjadi tambak (Grasso 1998).
Hutan
mangrove tersebar di wilayah tropis dan subtropis. Penyebaran hutan mangrove
dibatasi oleh letak lintang karena mangrove sangat sensitif terhadap suhu
dingin. Penyebarannya juga terbatas akibat ketergantungannya terhadap aliran air
tawar. Oleh karena itu, mangrove tumbuh pada daerah intertidal dan supratidal.
Hutan mangrove tumbuh di sepanjang pantai-pantai yang terlindung dari aktivitas
gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat, seperti muara sungai, delta,
pantai yang terlindung, dan teluk yang dangkal. Gelombang yang besar dan arus
pasang surut yang kuat tidak memungkinkan terjadinya pengendapan sedimen yang
diperlukan sebagai substrat bagi tumbuhnya mangrove ini.
No comments:
Post a Comment