Thursday, June 5, 2014

Bakteri Agen Utama Penyebab Ice-ice pada Rumput Laut

Ice-ice adalah penyakit yang banyak menyerang tanaman rumput laut jenis Kappaphycus alvarezii. Pertama kali dilaporkan pada tahun 1974 di Philipina, ditandai dengan timbulnya bintik atau bercak-bercak pada sebagian tallus yang lama-kelamaan kehilangan warna dan berangsur-angsur menjadi putih dan mudah terputus. Penyakit ice-ice timbul karena adanya mikroba yang menyerang tanaman rumput laut yang lemah (Sudjiharno 2001). Lebih lanjut Anonim (2001), menyatakan bahwa keberadaan orthophosphate (P2O5) yang dibutuhkan dalam proses asimilasi tanaman rumput laut yang tidak mencukupi diduga sebagai salah satu penyebab atas timbulnya penyakit  ice-ice. Largo et al. (1999) menyatakan bahwa penyakit ice-ice pada rumput laut disebabkan oleh bakteri Vibrio sp. dimana sel-sel yang terinfeksi oleh bakteri ini mampu berkembang  hanya dalam waktu 1-2 jam  pada tallus  yang  sudah   terinfeksi  dan memerlukan waktu 24 jam bagi thallus yang masih sehat.
 
Penyakit ice-ice biasanya terjadi pada bulan April atau Mei di daerah-daerah dengan kecerahan perairan tinggi. Pada kondisi ini tingkat kelarutan unsur Nitrat tidak tercukupi untuk keperluan fotosintesis sehingga berakibat terjadinya perubahan warna secara nyata. Penyakit ini dapat ditanggulangi dengan cara menurunkan posisi tanaman lebih dalam dari posisi semula untuk mengurangi penetrasi sinar matahari (Kurniastuty et al. 2001).

Di Teluk Lewoleba, Kelurahan Lewoleba Utara sampai Pantai Wangatoa, Kelurahan Lewoleba Timur, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata, penyakit ‘ice-ice menyerang rumput laut rutin setiap tahun setelah musim hujan. Tanda-tandanya, batang rumput laut berwarna kuning, lemas kemudian jatuh ke dasar laut. Masa budidaya yang baik hanya pada waktu musim hujan. Ketika itu rumput laut sangat subur dengan batang ukuran sebesar ibu jari tangan orang dewasa. Jika rumput laut yang terserang ice-ice berwarna kuning dan hampir patah batangnya, rumput laut yang sehat berwarna kecoklatan.

Pada rumput laut yang terkena ice-ice banyak ditemukan jenis bakteri, tetapi hal tersebut adalah masalah kedua (Neish 2005). Doty (1987) mencatat bahwa penyakit ice-ice bersifat musiman dan berhubungan dengan perubahan pada musim hujan. Largo et al. (1995) menunjukkan bahwa terdapat bakteri tertentu yang dapat merangsang terbentuknya ice-ice pada tallus yang stress dan tercatat bahwa beberapa faktor abiotik (suhu, salinitas, kecepatan arus, dll) tersebut dapat menimbulkan gejala

Penyakit ice-ice sering kali terjadi di daerah-daerah dengan kecerahan tinggi, dengan gejala timbulnya bintik-bintik/bercak-bercak pada sebagian tallus, namun lama-kelamaan akan menyebabkan kehilangan warna sampai menjadi putih dan mudah terputus. Penyakit ini menyerang Eucheuma spp. terutama disebabkan oleh adanya perubahan lingkungan (arus, suhu, kecerahan, dan lain lain.) di lokasi budidaya dan berjalan dalam waktu yang cukup lama. Cara pencegahan dari penyakit ini adalah dengan memonitor adanya perubahan-perubahan lingkungan, terutama pada saat terjadinya perubahan lingkungan. Disamping itu dilakukan penurunan posisi tanaman lebih dalam untuk mengurangi penetrasi cahaya sinar matahari  (Anonim 2006).

Kerusakan tanaman akibat ice-ice dapat mencapai 90% sampai 100% bila kondisi serangan berlangsung lama. Kondisi ini akan diperparah karena adanya serangan sekunder dari Peryhphyton yang merupakan mikroorganisme akuatik yang umumnya berukuran planktonik, fitoplankton, maupun zooplankton. Serangan sekunder sebagai lanjutan dari kondisi serangan ice-ice dapat pula dilakukan oleh bakteri patogen seperti Pseudomonas dan Staphylococus (Anggadiredja et. al. 2006).

No comments:

Post a Comment