1. Sistem Reproduksi
Hormon-hormon yang mengatur diferensiasi sifat seksual udang
jantan dan betina muncul dari ovari dan kelenjar androgen. Neurosekresi
kompleks ganglionik X-organ dan kelenjar sinus dapat menghambat pemasakan ovari
dan aktivitas sekretori kelenjar androgen. Diferensiasi normal dari ovari dan
testis juga dipengaruhi oleh Y-organ dan hormon molting. Perusakan atau
pemotongan tangkai mata dapat mengakibatkan pembesaran ovari dan deposisi
kuning telur di dalam oosit. Pemberian ekstrak yang dibuat dari tangkai mata,
ganglionik X-organ, atau kelenjar sinus dapat menghambat pembesaran ovari pada
udang betina yang memasuki periode aktivitas produksi (M’Boy 2011).
Organ X terdapat di dalam tangkai mata (eyestalk). Sedangkan
kelenjar sinus merupakan cadangan untuk penyimpanan dan pencurahan neurohormon
yang berasal dari akson-akson neurosekretori. Kelenjar sinus utamanya terdiri
atas terminal akson, dan erat hubungannya dengan banyak saluran vaskular. Dalam
sistem reproduksi, kelenjar sinus menghasilkan Vitellogenesis Inhibiting
Hormone (VIH) dan Mandibular Organ Inibiting Hormone (MOIH).
2. Sistem Migrasi Pigmen Retina
Mata udang terdiri dari banyak unit yang disebut ommatidia.
Secara fungsional, ommatidium memiliki tiga kelompok pigmen yang berbeda yaitu
pigmen retina distal, pigmen retina proksimal, dan pigmen putih pemantul.
Ekstrak tangkai mata yang dibuat dari udang yang telah diadaptasikan kepada
cahaya mengakibatkan adaptasi cahaya pada pigmen distal dan pigmen pemantuk
apabila disuntikkan ke dalam resipien yang telah diadaptasikan dalam kegelapan (M’Boy 2011).
3. Sistem Ganti Kulit (Molting)
Pada udang, ganti kulit dapat bersifat musiman atau terus-menerus, tergantung kondisi
lingkungan yang beraneka ragam. Perusakan tangkai mata (eyestalk) dapat
mempercepat ganti kulit dan pertumbuhan prekoks. Ini terjadi karena ganglionik
organ X dan kelenjar sinus yang terdapat di tangkai mata beraksi mencegah ganti
kulit. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar sinus dalam sistem ganti kulit
adalah Molt Inhibiting Hormone (MIH). Dalam proses ganti
kulit, organ Y memproduksi suatu hormon yang melakukan peranan positif. Jumlah
air yang digunakan pada saat ganti kulit Water Balance Hormon (WBH) yang
dihasilkan oleh tangkai mata (M’Boy
2011).
4. Sistem Akselerasi Jantung
Frekuensi dan amplitudo denyut jantung bertambah seiring dengan pelepasan
neurohormon oleh organ perikardia (M’Boy
2011).
5. Sistem Kromatoforotrofin dan Perubahan
Warna
Kromatoforotrofin merupakan zat pengatur sel pigmen udang di dalam darah.
Peran kelenjar sinus dalam sistem kromatoforotrofin dan perubahan warna adalah
menghasilkan Red Pigment Concentrating Hormone (RPCH) dan Pigment Dispersing
Hormone (PDH). Sistem ini sangat dipengaruhi oleh cahaya (M’Boy 2011).
6. Sistem Metabolisme
Selama siklus ganti kulit, terjadi variasi mencolok di dalam metabolisme
jaringan. Hal ini melibatkan faktor-faktor tangkai mata yang bisa jadi
merupakan neurosekresi. Pengambilan tangkai mata mengakibatkan penurunan kadar
gula darah dan peningkatan kandungan glikogen hipodermis. Pemberian ekstrak
tangkai mata atau kompleks organ X kelenjar sinus dapat menginduksi
hiperglikemia
. Pada sistem
metabolisme, kelenjar sinus berperan dalam menghasilkan Crustacean Hyperglycemic
Hormone (CHH)
(M’Boy 2011).
No comments:
Post a Comment