Wednesday, June 4, 2014

Budidaya Rumput Laut di Tambak Air Payau



           Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial untuk dikembangkan adalah rumput laut atau dikenal dengan sebutan ganggang laut, seaweed atau agar-agar.  Rumput laut yang merupakan komoditas ekspor, dipanen dari perairan pantai yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia.  Jenis rumput laut yang bernilai ekonomis penting yaitu Eucheuma, Gelidium gelidiopsis, Gracilaria, dan Hypnea. 
            Dengan semakin luasnya pemanfaatan hasil olahan rumput laut dalam berbagai industri, maka semakin meningkat pula kebutuhan akan rumput laut sebagai bahan baku.  Selain untuk kebutuhan ekspor, pangsa pasar dalam negeri cukup penting karena selama ini industri pengolahan rumput laut sering mengeluh kekurangan bahan baku. 
Melihat peluang tersebut, pengembangan rumput laut memiliki prospek yang cerah karena memiliki nilai ekonomis yang penting dalam menunjang pembangunan perikanan baik kaitannya dengan peningkatan ekspor non migas, penyediaan bahan baku industri dalam negeri, peningkatan konsumsi dalam negeri maupun peningkatan pendapatan petani/nelayan serta memperluas lapangan kerja.
            Budidaya rumput laut di tambak merupakan salah satu cara pemanfaatan lahan tambak untuk memenuhi permintaan rumput laut utamanya jenis Gracilaria sp.  Budidaya rumput laut di tambak memiliki keuntungan yang lebih banyak daripada budidaya rumput laut di laut, antara lain tanaman terlindung dari ombak yang besar serta arus laut yang kuat dan jauh dari serangan predator, serta memungkinkan lahan untuk dipupuk, termasuk kemudahan dalam mengontrol kualitas air khususnya salinitas.
Selain hal tersebut di atas, secara ekonomis budidaya rumput laut di tambak lebih dapat meningkatkan pendapatan dan memberikan nilai tambah bagi masyarakat di pesisir pantai karena masyarakat dirangsang untuk memanfaatkan lahan produktif untuk kesejahteraan keluarga melalui kegiatan budidaya rumput laut.
 
*        Persyaratan pemilihan Lokasi
Persyaratan lokasi yang baik untuk budidaya rumput laut adalah sebagai berikut :
1.    Area terlindung dari pengaruh pengrusakan secara langsung dari ombak dan arus yang sangat kuat.
2.        Kedalaman pada surut terendah antara 30 - 60 cm.
3.        Dasar perairan cocok dengan type/metode budidaya yang digunakan.
4.        Terdapat pergerakan air yang baik (www.fao.org).
Untuk lahan budidaya rumput laut yang cocok terutama sangat ditentukan oleh kondisi ekologis yang meliputi kondisi lingkungan fisik, kimia dan biologis.  (www.iptek.net.id).
Menurut Indriani dan Suminarsih (2004), bahwa persyaratan lokasi untuk budidaya rumput laut jenis Gracilaria sp. adalah sebagai berikut :
*      Untuk lokasi budidaya di tambak, dipilih tambak yang dasar perairannya lumpur berpasir.
*      Agar salinitas airnya cocok untuk pertumbuhan Gracilaria, sebaiknya lokasi berjarak 1 km dari pantai.
*      Kedalaman air tambak antara 60 – 80 cm.
*      Lokasi tambak harus dekat dengan sumber air tawar dan air laut.
*      Derajat keasaman (pH) air tambak optimum antara 8,2 – 8,7.
Hal tersebut didukung pula oleh Aslan (1998) yang menyatakan bahwa persyaratan lahan budidaya rumput laut jenis Gracilaria adalah sebagai berikut :
*      Arus di dalam tambak tidak terlalu besar sehingga rumput laut tidak terkumpul pada suatu tempat tertentu.
* Areal pertambakan sebaiknya melandai berkisar antara 5 – 10o untuk memudahkan dalam penggalian dasar tambak.
*      Pasang surut berkisar antara 1,5 – 2,5 m.
*      Tersedianya sumber air tawar untuk menurunkan salinitas air tambak jika salinitasnya terlalu besar.
*      Salinitas air berkisar antara 12 – 30 permil dengan kadar ideal adalah 15 – 25 permil; suhu berkisar antara 18 – 30oC dengan suhu optimum 20 – 25oC; pH berkisar antara 6 – 9 dengan kisaran optimum 6,8 – 8,2; oksigen terlarut antara    3 – 8 ppm.
*      Air dalam tambak tidak mengandung lumpur atau tidak membawa lumpur dan kejernihannya cukup memungkinkan tanaman untuk menerima sinar matahari.
*      Dekat dengan rumah penduduk, hal ini untuk memudahkan dalam pengawasan maupun untuk memperoleh tenaga kerja.
*      Dekat dengan jalan raya, hal ini untuk memudahkan pengangkutan baik selama masa persiapan, penanaman, maupun pemanenan sekaligus memudahkan dalam pemasaran hasil produksi dari lokasi ke tempat penjualan.
*      Jauh dari kawasan industri, hal untuk menghindari pencemaran khususnya pencemaran air dan tanah.

*      Sistem Distribusi Air
Sistem distribusi air di tambak sangat diperlukan untuk memelihara dan mempertahankan kualitas air, khususnya melalui pergantian air yang teratur dan berulang-ulang.
Air dari saluran utama masuk ke areal pertambakan melalui pintu air utama. Sedangkan untuk areal pertambakan yang terletak jauh dari saluran air utama, air yang masuk diperoleh dari tambak yang lain melalui pintu air petakan. Sedangkan air yang masuk (inlet) sangat tergantung pada jenis atau bentuk tambak dengan memperhitungkan pula pintu air.  Kedalaman air yang baik antara 40 – 80 cm.  Untuk memperoleh intensitas cahaya yang baik, kedalaman yang optimum dibutuhkan adalah 0,5 meter (Aslan, 1998).

*      Konstruksi Tambak
            Bentuk pematang tambak biasanya berbentuk persegi panjang.  Setiap unit dipisahkan oleh sejumlah pematang.  Pada setiap pematang tambak terdapat gundukan tanah yang memanjang dan membentuk sekat-sekat dengan ukuran lebar sekitar 2 meter dan jarak antar gundukan selebar 5 meter, yang berfungsi mencegah mengumpulnya rumput laut pada satu bagian tambak, dan memudahkan pekerja melakukan penebaran bibit rumput laut.
            Keadaan dasar tambak sebaiknya adalah tanah berlumpur dan sedikit berpasir karena tidak mudah menyerap air dan kaya akan bahan organik (zat hara) sehingga mempercepat pertumbuhan tanaman.
            Untuk melengkapi konstruksi, tambak harus dilengkapi dengan pintu masuk dan pintu pengeluaran air yang berfungsi dalam sirkulasi air, serta saluran air/drainase.
1.      Metode Budidaya
Pada prinsipnya metode budidaya yang digunakan dalam budidaya rumput laut jenis Gracilaria menggunakan ”Metode Tebar”.  Dimana, metode ini dilakukan pada budidaya rumput laut jenis Gracilaria yang dilakukan di tambak.  Bila dasar tambak cukup keras, bibit dapat ditancapkan seperti penanaman padi.  Penebaran bibit sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dan pada cuaca teduh, dengan padat penebaran antara 80 – 100 gr/m2 atau 800 – 1000 kg/ha (Indriani dan Suminarsih, 2004).
2.      Tata Letak Sarana Budidaya
Sarana budidaya rumput laut sebaiknya diletakkan pada daerah yang memenuhi syarat-syarat ekologis yang mendukung untuk pertumbuhan rumput laut yang dibudidayakan.  Selain itu, penempatan rakit sebaiknya tidak diletakkan pada daerah yang merupakan jalur pelayaran (www.fao.org).
3.      Pengelolaan Budidaya
a.  Pengadaan dan Pengangkutan bibit
            Pengadaan bibit dapat dilakukan dengan memanfaatkan sifat-sifat reproduksi vegetatif dan generatif.  Untuk sifat “vegetatif”, diambil bagian ujung rumput laut dan dipotong sepanjang 10 – 20 cm.  Dipilih bagian ujung tanaman karena bagian ini terdiri dari sel dan jaringan muda sehingga akan memberikan pertumbuhan yang optimal.  Sedangkan untuk sifat “generatif”, yaitu dengan memanfaatkan sifat reproduksi generatif tanaman.  Mula-mula dipilih tanaman yang sehat dan segar.  Tempatkan tanaman ini dalam bak yang berisi air laut dan kulit kerang, balik semen, jaring atau benda padat lain yang dapat berfungsi sebagai susbtrat.  Dari tanaman ini akan keluar spora yang selanjutnya menempel  pada substrat.  Setelah spora menjadi tanaman kecil, maka substrat harus dipindahkan ke lokasi bududaya (Indriani dan Suminarsih, 2004).
            Dalam pengangkutan, harus diperhatikan agar bibit tidak terkena sinar matahari secara langsung, selalu basah, tidak terkena air tawar atau minyak bahan bakar dan terhindar dari sumber panas.  Bila pengangkutan dilakukan dengan perahu atau sampan, bibit tanaman cukup ditaruh di dasar perahu dan ditutup agar tidak terkena sinar matahari.  Bila diperlukan pengangkutan dengan kendaraan darat maka bibit dapat dimasukkan ke dalam kotak karton dengan lapisan plastik agar airnya tidak merembes keluar.  Diperlukan lapisan kapas yang dibasahi dengan air laut agar tanaman tetap basah.  Dalam keadaan demikian bibit tanaman dapat tahan sampai 2 x 24 jam (www.fao.org).
b.  Penanaman bibit dan Padat Penebaran
            Penanaman rumput laut berarti suatu kegiatan dimasukkannya bibit rumput laut ke dalam air lokasi budidaya.  Penanaman dilakukan pada saat bibit masih segar (Indriani dan Suminarsih, 2004).  Bibit yang ditebar adalah bagian thallus yang masih muda, yang diperoleh dengan jalan membuang bagian-bagian pangkalnya.  Sedangkan bagian ujungnya ditebar ke dalam tambak, karena bibit yang berasal dari bagian ujung lebih baik dibandingkan yang berasal dari bagian pangkal (Aslan, 1998).
Padat penebaran untuk 1 hektar berkisar antara 2 – 3 ton.  Penebaran harus dilakukan pada keadaan teduh (bukan mendung), sekitar pagi atau sore hari menjelang malam (sekitar pukul 06.00 pagi atau pukul 17.00 – 18.00 sore) (aslan, 1998).
c.  Pemeliharaan
            Dalam kegiatan budidaya rumput laut, perawatan tanaman sangatlah penting.  Kegiatan perawatan meliputi beberapa hal seperti membersihkan tanaman dari kotoran yang melekat, endapan atau tumbuhan lain yang menempel; mengganti tanaman yang rusak dengan tanaman yang baru atau tanaman yang pertumbuhannya baik (www.iptek.net.id).
            Hal tersebut sesuai dengan pernytaan Indriani dan Suminarsih (2004), bahwa pemeliharaan dilakukan dengan membersihkan tanaman dari kotoran atau debu air yang melekat pada tanaman; memasang jaring di sekeliling lokasi budidaya untuk menghindari ikan dan penyu; malakukan pengontrolan pada saat 15 hari setelah penebaran bibit dengan perataan kembali letak rumput laut, pemberian zat pengatur tumbuh, menyingkirkan lumut dan perawatan pintu-pintu saluran air

4.      Perawatan wadah budidaya dan Pengontrolan Kualitas Air
Dalam usaha budidaya rumput laut, perawatan instalasi bangunan budidaya dan penanaman memerlukan memerlukan banyak tenaga kerja. Kegiatan pemeliharaan akan mudah dikerjakan apabila dilakukan secara teratur setiap hari.  Pekerjaan pemeliharaan terdiri dari membersihkan tanaman dari tumbuhan penempel atau benda-benda lainnya.  Apabila kegiatan ini dilakukan setiap hari maka kerusakan-kerusakan berat dapat dihindari sehingga kerugian yang lebih besarpun tidak akan terjadi (www.fao.org).  
Selain itu, hal-hal yang harus dilakukan selama masa pemeliharaan adalah sebagai berikut :
-          Pengawasan terhadap air di tambak, khususnya terhadap ketinggian air, suhu dan salinitas.
-          Mengusahakan kedalaman tanaman dari permukaan air sekitar 30 – 50 cm pada musim hujan, dan 40 – 80 cm pada musim kering.
-          Pada musim kemarau pergantian air harus sering dilakukan untuk menghindari terjadinya peningkatan salinitas yang terlalu tinggi akibat penguapan.
-          Melakukan  pengambilan sampel/contoh tanaman setiap minggunya untuk memeriksa apakah tanaman terserang penyakit, serta untuk mengetahui laju pertumbuhan rumput laut tersebut.

 5.      Panen dan Pasca Panen
Rumput laut sudah dapat dipanen dengan cara total (full harvest) setelah berumur 45 – 60 hari sejak tanam (www.iptek.net.id).  Sedangkan menurut Indriani dan Suminarsih (2004), menyatakan bahwa rumput laut dapat dipanen setelah mencapai umur 6 – 8 minggu setelah tanam dengan berat ikatan sekitar 600 gram.  Cara memanennya adalah dengan cara rumpun tanaman diangkat dan disisakan sedikit untuk dikembangbiakkan lebih lanjut.  Panen pertama dapat dilakukan pada umur 2 – 2,5 bulan sesudah penanaman.
Pengeringan rumput laut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara menggunakan alat pengering (oven) atau secara alami dengan sinar matahari selama  2 – 3 hari, tergantung kondisi panas matahari.  Dalam penjemuran ini harus menggunakan alas seperti para-para, terpal plastik, dan lain-lain untuk menghindari kontaminasi tercampurnya rumput laut hasil panen dengan kotoran seperti pasir, kerikil dan lain-lain.  Setelah kering dan bersih dari segala macam kotoran, maka rumput laut dimasukkan ke dalam karung plastik untuk kemudian siap dijual atau disimpan di gudang.  Pada waktu penyimpanan hindari kontaminasi dengan minyak atau air tawar.  Proses penjemuran dan penyimpanan ini sangat perlu mendapat perhatian, karena meskipun hasil panennya baik akan tetapi bila penanganan pasca panennya kurang baik maka akan mengurangi kualitas rumput laut (www.iptek.net.id).

6.      Hama dan Penyakit
Dalam budidaya rumput laut, jenis penyakit yang sering menyerang adalah penyakit putih-putih atau lebih dikenal dengan nama “ice-ice” (www.fao.org).  Hal ini sependapat dengan apa yang dikemukan oleh Latif (komunikasi peribadi), bahwa penyakit yang biasa menyerang rumput laut yang dibudidayakan adalah penyakit “putih-putih”.  Pencegahan dari penyakit ini yaitu dengan memotong bagian rumput laut yang terserang oleh penyakit tersebut agar tidak menyebar. 
Selain penyakit, terdapat juga beberapa predator dalam budidaya rumput laut yang berasal dari jenis ikan-ikan herbivora, penyu (www.fao.org).  Penaggulangannya yaitu dengan memasang jaring di sekeliling lokasi budidaya (Indriani dan Suminarsih, 2004).
Gangguan lain yang dirasakan dalam budidaya rumput laut adalah ikut menempelnya tumbuhan-tumbuhan laut lainnya pada rumput laut yang dibudidayakan.  Untuk mengatasinya, para petani rumput laut secara berkala setiap    3 – 7 hari sekali mengadakan pembersihan terhadap tumbuhan laut pengganggu (Indriani dan Suminarsih, 2004).

7.      Pola Pengembangan
Sebelum memulai suatu usaha budidaya rumput laut sudah barang tentu harus ditetapkan dulu jenis apa yang akan dibudidayakan dan apakah sudah ada metode yang secara teknis dan ekonomis dapat digunakan untuk jenis rumput laut tersebut.  Selanjutnya hal-hal yang harus diperhatikan adalah areal yang memenuhi syarat-syarat budidaya, tersedianya material budidaya secara mudah dan murah, dan ada bibit untuk penanaman (www.fao.org).  Pengembangan budidaya rumput laut yang umum dilakukan di masyarakat saat ini yaitu dengan menggunakan beberapa metode yaitu metode dasar, metode rakit, metode lepas dasar,  metode tali gantung serta metode tebar (Indriani dan Suminarsih, 2004).

8.      Kendala dan Prospek Pengembangan
Dalam kegiatan budidaya rumput laut, permasalahan yang dihadapi oleh petani yaitu belum ditemukannya cara untuk menanggulangi penyakit “putih-putih” yang biasa menyerang rumput laut yang dibudidayakan (Latif, komunikasi peribadi). Selain itu harga material yang tinggi menyebabkan petani rumput laut meminjam modal kepada para tengkulak dengan perjanjian bahwa rumput laut hasil produksi para petani tersebut harus dijual kepada tengkulak menyebabkan harga rumput laut mejadi rendah sehingga dapat menyebabkan kerugian kepada para petani rumput laut (www.fao.org).  Selain itu pada suatu daerah tertentu, musim juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan rumput laut yang dibudidayakan (www.kompas.com). 
Dengan semakin luasnya pemanfaatan hasil olahan rumput laut dalam berbagai industri, maka semakin meningkat pula kebutuhan akan rumput laut sebagai bahan baku.  Selain untuk kebutuhan  industri, rumput laut juga memiliki nilai ekonomis yang penting dalam menunjang pembangunan perikanan baik kaitannya dengan peningkatan ekspor non migas, penyediaan bahan baku industri dalam negeri, peningkatan konsumsi dalam negeri maupun peningkatan pendapatan petani/nelayan serta memperluas lapangan kerja (www.iptek.net.id).  Hal inilah yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk pengembangan kegiatan budidaya rumput laut kedepannya.

No comments:

Post a Comment